Tim SAR Rilis Video Evakuasi Juliana Marins: Setara Jatuh dari Lantai 200 Gedung Tinggi

PARAMETERMEDIA.COM – Tim SAR gabungan merilis video evakuasi korban pendaki asal Brasil, Juliana Marins yang jatuh di tebing sekitar Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Gunung Rinjani, di kedalaman 600 meter, pada 24 Juni 2025.
Cemara Nunggal yang berada di ketinggian 2.800 meter di atas permukaan laut (MDPL) ini, merupakan jalur yang sempit dan salah satu titik paling berbahaya yang mengarah ke Danau Segara Anak. Selain itu di lokasi ini kabut tebal hampir selalu menutupi jalur pendakian, hingga para pendaki harus selalu konsentrasi dan waspada.
Diunggah akun Miss Tweet pada 28 Juni, memperlihatkan bagaimana berlangsungnya proses evakuasi yang di rekam dari jarak jauh tersebut.
Suasana Evakuasi Jenazah Juliana di Gunung Rinjani
— Miss Tweet | (@Heraloebss) June 28, 2025
The atmosphere of the evacuation of Juliana’s body, we invite all Brazilian people to watch this video pic.twitter.com/Bec6EGQtvr
Menurut Grok jatuhya korban di kedalaman sekitar 600 meter, jika di asumsikan dengan bangunan yang tinggi dengan lantai standar 3 meter, maka setara korban jatuh dari sekitar 200 lantai bangunan, dengan kecepatan benturan yang tinggi (120-125 mph), atau dengan kecepatan sekitar 201 km perjam.
Kantor SAR Mataram yang membentuk tim gabungan yang terdiri dari belasan personel dari TNI/Polri, Satuan Polisi Pamong Praja Lombok Timur dan relawan Rinjani, kemudian mempersiapkan skema untuk evakuasi.
Pada 23 Juni, sekitar pukul 06.30 WITA, drone berhasil menemukan posisi korban yang tersangkut di tebing batu pada kedalaman ±500 meter dan secara visual dalam keadaan tidak bergerak, menurut situs TNGR.
Kemudian tim menurunkan dua personel untuk menjangkau lokasi korban dan mengecek titik pembuatan anchor kedua di kedalaman ±350 meter.
Anchor berfungsi sebagai titik ikatan yang aman untuk tali, memungkinkan pendaki untuk memasang diri mereka pada permukaan tebing atau gunung.
Anchor juga digunakan dalam situasi seperti rappelling, di mana pendaki turun dari tebing dengan bantuan tali.
Namun sebelum bisa menjangkau korban, ditemukan dua overhang besar, yang tidak memungkinkan untuk membuat pemasangan anchor ke tiga, sehingga untuk bisa menjangkau korban, tim harus melakukan climbing.
Dalam cucaca dan kondisi kabut yang tebal saat itu, tim rescue sempat ditarik kembali ke posisi aman untuk keselamatan, setelah memasang anchor ketiga di kedalaman 400 meter.
Mengutip Antara News, tim penyelamat dari Kantor SAR Mataram, Khafid Hasyadi, berhasil menjangkau korban di datum point 600 meter di bawah jalur utama, pada Selasa 24 Juni, sore hari.
Ia menjangkau titik jatuh korban setelah menuruni tali karmantel dari anchor point 400 meter.
Karena malam itu cuaca sangat buruk dan diselimuti kabut pekat, tim memutuskan untuk mendirikan flying camp dan berjaga semalaman di sisi korban.
Evakuasi kemudian dilakukan pagi hari, 25 Juni dengan teknik lifting survivor, dimana korban dibawa melalui jalur utama pendakian, dengan cara ditandu.
Tim membawa jenazah Juliana menyusuri hutan serta medan berbatu, hingga tiba di Posko Pelawangan Sembalun, yang jaraknya diperkirakan sejauh delapan kilometer.
Korban lalu di bawa menuju RSUD Mandara Medical Centre, Denpasar, Bali.
Hasil otopsi pada Jumat 27 Juni malam menyatakan bahwa Juliana meninggal karena pendarahan pada organ dalam akibat patah tulang saat korban terjatuh.**
