Insiden Juliana Marins di Gunung Rinjani, Picu Ketegangan di Media Sosial, Ini Lokasi Jatuhnya

PARAMETERMEDIA.COM – Insiden yang menewaskan Juliana Marins di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, menjadi perbicangan bahkan memicu ketegangan di media sosial.
Mengutip BBC, Juliana dilaporkan jatuh di jalur Cemara Nunggal yang curam dan berbatasan dengan jurang, ke arah Danau Segara Anak, sekitar pukul 06.30 Wita, 21 Juni 2025.
Upaya pencarian wanita asal Niteroi, Rio de Janeiro ini berlangsung ditengah cuaca ekstrem, medan curam dan licin, yang mempersulit operasi penyelamatan.
Hingga akhirnya pada 24 Juni, tim penyelamat menemukan korban dalam keadaan tewas di kedalaman 600 meter, korban kemudian di evakuasi dengan menggunakan tandu.
Caption bung Agam : "Turut berduka cita, atas meninggalnya pendaki asal Brazil, saya tidak bisa berbuat banyak, saya hanya bisa bantu seperti ini, 🥺Semoga amal ibadahnya diterima disisiNya Amin.!"
— heulaaluhe (@aingriwehuy) June 25, 2025
Bung Agam Rinjani salah satu Tim SAR gabungan Rescuer yang turun mengevakuasi… pic.twitter.com/XzDlWzwCNB
Menuai kontroversi, publik Brasil menilai bahwa penanganan evakuasi yang lamban, adanya dugaan kelalaian oleh pemandu yang meninggalkan korban, hingga mempertanyakan kesiapan fasilitas dan infrastruktur SAR bagi keselamatan pendakian.
Pendaki banyak yang datang Dan pergi, ada juga yang tidak pernah kembali….
— 🌹R0S🌹 (@l0veis_You) June 26, 2025
Kenali batasan diri, selalu waspada dan hati hati
Bukan soal nyali, tapi Rinjani tidak bisa diajak kompromi
🎥/Ig-travelerbaperrrr pic.twitter.com/VIpnKIGEPZ
Walaupun pemerintah Indonesia telah menyatakan bahwa evakuasi terhadap korban terkendala faktor alam, namun media dan publik Brasil yang tidak puas tetap mempertanyakannya, dan melemparkan tuduhan-tuduhan yang tidak pantas.
Juliana dan temannya ketika cuaca sangat berkabut. pic.twitter.com/TyaFbIVVO0
— good-doers (@doersofgood) June 25, 2025
Bahkan akun Instagram Presiden Prabowo Subianto dibanjiri dengan komentar-komentar pedas seperti “wisata Indonesia membunuh” dan “pemerintah Indonesia telah lalai, “justice for Juliana,” tulis Detik.
Mereka juga menyebut minimnya fasilitas evakuasi yang canggih, seperti helikopter dengan pilot spesialis airlifting, yang dianggap penting untuk medan ekstrem seperti Rinjani, mengutip BBC.
Kritik ini diperkuat oleh rekaman drone pada hari Sabtu, yang menunjukkan bahwa Juliana terlihat masih dalam keadaan hidup, tetapi tim evakuasi baru berhasil mencapai lokasi pada Selasa malam, 24 Juni 2025.
Salah satu akun yang mengklaim keluarga Juliana di Instagram @resgatejulianamarins menuliskan “Juliana mengalami kelalaian yang sangat besar dari tim penyelamat. Jika tim penyelamat berhasil menyelamatkannya dalam waktu yang diperkirakan tujuh jam, Juliana pasti masih hidup,” tulis akun itu.
Yang orang Brazil jatuhnya di jurang bawah depan sy ini. Kalo yg ditengah itu namanya gunung Barujari, anaknya gunung Rinjani. pic.twitter.com/EyWuOkwmG6
— Werry Hikmatiar (@werryhikmatiar) June 25, 2025
Sebaliknya netizen Indonesia yang cenderung menyatakan dukungan kepada tim SAR, menilai bahwa tim penyelamatan telah melakukan upaya yang maksimal mengingat medan dan cuaca yang buruk.
Insiden ini menegaskan pentingnya peningkatan koordinasi, pelatihan pemandu dan infrastruktur penyelamatan di destinasi pendakian populer seperti Rinjani.
Dengan ketinggian 3.726 meter dari permukaan laut, gunung berapi aktif ketiga tertinggi di Indonesia ini dikenal memiliki jalur pendakian yang berbahaya, terutama di area Cemara Nunggal yang curam dan berbatasan dengan jurang.
Website Taman Nasional Gunung Rinjani melaporkan saat ini terdapat 1052 yang sedang melakukan pendakian, dengan rincian 726 pendaki laki-laki dan 326 pendaki perempuan.
Walaupun tidak diketahui pasti jumlah korban, dalam kurun waktu 2017-2025 tercatat puluhan orang meninggal di Gunung Rinjani yang merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani.**
