Hasil Proses Identifikasi Sementara 174 Korban Jeju Air Diumumkan: Pakar Sebut Tembok Pidana

PARAMETERMEDIA.COM – Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan mengumumkan hasil sementara proses identifikasi pada korban tewas dalam kecelakaan pesawat Jeju Air, 29 Desember 2024.
Sebanyak 174 dari 179 korban tewas dalam kecelakaan pesawat Jeju Air ini telah berhasil teridentifikasi, sementara lima korban lainnya masih dalam proses.
Mengutip Yonhap, pengumuman itu disampaikan dihadapan keluarga para korban, di Bandara Internasional Muan, pada 31 Desember 2024.
Proses identifikasi dilakukan dengan teknik diidentifikasi sidik jari dan tes DNA, mengingat kondisi para korban.
“Dari 32 orang yang tidak dapat diidentifikasi melalui sidik jari, kami mengidentifikasi 17 orang pada tes DNA pertama dan 10 orang lagi pada putaran kedua,” kata pengumuman tersebut.
Keterangan tambahan menyebutkan lima orang korban lainnya sementara belum dapat dipastikan karena ketidakkonsistenan DNA.
BREAKING: Video shows crash of Jeju Air Flight 2216 in South Korea. 181 people on board pic.twitter.com/9rQUC0Yxt8
— BNO News (@BNONews) December 29, 2024
Sebelumnya diumumkan bahwa proses identifikasi seluruh jenazah membutuhkan waktu hingga 10 hari karena sebagian besar korban yang hangus terbakar.
Untuk sementara para korban tewas ini ditempatkan di fasilitas penyimpanan dingin di hanggar di bandara Muan. Sementara 4 korban sudah di serahkan kepada keluarga untuk disemayamkan.
Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS dan pejabat Boeing telah menerjunkan tim untuk membantu otoritas Korea Selatan, pada 30 Desember 2024.
Dari 181 orang yang ada di dalam pesawat, sebanyak 179 orang meninggal sementara 2 orang pramugari selamat setelah pesawat menabrak pagar beton pembatas.
Para pakar keselamatan menyoroti keberadaan tembok beton, kurangnya layanan darurat dan cacatnya desain di bandara tersebut.
David Learmount, di The Telegraph mengatakan semua penumpang bisa saja selamat dari kecelakaan itu, jika penghalang yang lebih aman tersedia.
Menurutnya bahwa pilot mendaratkan pesawat dengan sempurna dan sayap sejajar, dalam situasi buruk.
Ia menambahkan saat tergelincir keluar landasan, pesawat masih kokoh secara struktural dan tidak terjadi kebakaran.
Mantan pilot RAF Inggris dan instruktur penerbangan yang berkualifikasi ini mengecam keberadaan beton padat yang menurutnya menyamai dengan tindakan pidana.
Pesawat dilaporkan mengalami kerusakan hidrolik, yang mengakibatkan lumpuhnya roda pendaratan dan penutup sayap, setelah menabrak kawanan burung.
Pilot mencoba melakukan pendaratan dalam kecepatan tinggi, namun hanya satu pembalik daya dorong yang aktif.**
