Detail Kecelakaan Jeju Air dari Kotak Hitam: Noda Darah di Mesin Pesawat Terungkap

PARAMETERMEDIA.COM – Perkembangan terkini kecelakaan pesawat di Korea Selatan mengungkap secara detail detik-detik waktu terjadinya tragedi memilukan pada pesawat Boeing 737-800 Jeju Air, 29 Desember 2024.
Komite Investigasi Kecelakaan Udara dan Kereta Api dari Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan memastikan bahwa kotak hitam pesawat berhenti bekerja satu menit setelah menerima peringatan adanya aktivitas sekawanan burung.
Peringatan kepada pesawat disampaikan oleh menara kontrol Bandara Internasional Muan tepat sebelum tabrakan dengan burung.
Rekaman CCTV bandara menunjukan setelah pilot pesawat meneriakan situasi darurat (May Day) dan melakukan putaran kedua kalinya, saat itulah insiden tabrakan dengan burung terjadi (Bird Strike).
Yonhap melaporkan, pada pemeriksaan kedua mesin pesawat, ditemukan bulu-bulu dan noda darah dari sejenis burung bebek, yang secara umum ber migrasi pada musim dingin.
Menimbulkan masalah bagi penerbangan, hal yang sama juga terjadi pada Air China Airbus A320 yang menabrak kawanan burung pada tanggal 5 Desember 2024 di Bandara Internasional Gaoqi Xiamen,China.
Bird strikes can cause major issues to airliners, as it's thought to have happened in the Jeju Air flight 2216 today's disaster.
— Massimo (@Rainmaker1973) December 29, 2024
This is an Air China Airbus A320 striking a flock of birds on December 5, 2024 at Xiamen Gaoqi International Airport.pic.twitter.com/IVHw09PJIU
Hasil analisis perekam penerbangan (FDR) dan perekam suara kokpit (CVR), dan catatan komunikasi kontrol menunjukan kontak pertama kali dengan menara kontrol bandara terjadi pada pukul 8:54:43 pagi.
Menara kendali memberikan izin untuk mendarat di landasan Runway 01, arah yang berlawanan dengan landasan pacu tempat kecelakaan terjadi (Runway19).
Hal tersebut disampaikan kepada keluarga korban di Bandara Internasional Muan di Jeollanam, 25 Januari 2025.
Jeju Air Flight 2216, a Boeing 737-800, crashed in South Korea on December 29, 2024, resulting in the tragic loss of 179 lives. Only two flight attendants seated in the tail section survived the crash.
— Facts (@lifefacts108) January 21, 2025
The aircraft experienced a bird strike during landing at Muan International… pic.twitter.com/j0pWXiRONN
Pada pukul 8:57:50 pagi atau tiga menit dan tujuh detik kemudian, menara kontrol mengeluarkan peringatan adanya aktivitas burung.
Pada pukul 8:58:11 pagi, kapten dan perwira pertama terekam tengah terlibat dalam percakapan tentang adanya kawanan burung yang terbang di bawah pesawat.
Kecelakaan pesawat Jeju Air di Korea Selatan pada 29 Desember 2024 disbut karena serangan burung (bird strike).
— tempo.co (@tempodotco) January 25, 2025
Bird strike menjadi perhatian utama dalam industri penerbangan selama bertahun-tahun karena dapat berakibat fatal.
Bagaimana mencegahnya?#Tempodotco pic.twitter.com/4dqy7l8ywG
Seperti yang dilaporkan sebelumnya, bahwa perekam penerbangan (FDR) dan perekam suara kokpit (CVR), tidak berfungsi pada empat menit terakhir, sebelum tabrakan pesawat dengan pagar beton pembatas.
Laporan itu menyebutkan FDR dan CVR (kotak hitam) berhenti merekam data pada sekitar pukul 08:58:50 pagi.
Pakar penerbangan mengatakan tabrakan dengan burung menyebabkan kegagalan pada kedua mesin, hingga menyebabkan pasokan listrik ke pesawat terputus.
Saat itu pesawat sedang terbang pada ketinggian rendah 498 kaki (sekitar 151 meter) dengan kecepatan hampir 161 knot (sekitar 298 kilometer per jam).
Kemudian, pada pukul 8:58:56 pagi, setelah pesawat berputar tiba-tiba pilot menyatakan situasi darurat (May Day) karena burung..
Berdasarkan sinkronisasi catatan kontrol dan karena tidak ada rekaman pada 4 menit yang tersisa, diperkirakan waktu inilah terjadinya awal musibah itu.
Rekaman CCTV dilaporkan berhasil menangkap gambar saat pesawat menabrak kawanan burung namun tidak dilaporkan adanya api atau asap yang terlihat, tetapi langsung mengakibatkan matinya daya.
Pesawat kemudian terbang di sisi kiri landasan pacu ( selama sekitar empat menit) sebelum berbelok ke kanan untuk mendarat di Runway 19.
Terputusnya daya menyebabkan roda pendaratan tidak berfungsi, hingga pilot melakukan pendaratan darurat pada perut pesawat.
Lalu sekitar pukul 9:02:57 pagi, pesawat naas itu meluncur cepat di atas landasan pacu, tergelincir dan menabrak pagar beton pembatas, hingga meledak saat itu juga.
Sementara hasil analisis genetik oleh Kementerian Lingkungan Hidup Korea Selatan mengungkapkan bahwa bulu burung dan noda darah ditemukan di kedua mesin pesawat adalah dari sejenis burung bebek bernyanyi, spesies yang hidup bersama dan terbang berkelompok.
Namun belum diketahui apakah ada jenis burung lain saat itu, sampel tambahan akan dikumpulkan setelah pembongkaran pada mesin yang melibatkan otoritas investigasi dari Perancis, negara yang memiliki industri mesin-mesin pesawat.
Untuk pemeriksaan puing-puing mesin pesawat telah dipindahkan ke Pusat Pengujian dan Analisis di Bandara Gimpo di Seoul, pada 21 Januari 2025.
Berdasarkan Konvensi Penerbangan Sipil Internasional, laporan awal akan diserahkan kepada negara-negara yang terlibat dalam kecelakaan dan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) sebelum tanggal 27, tepat 30 hari setelah kecelakaan.
Penyelidikan dan analisa juga akan dilakukan pada pagar beton pembatas oleh lembaga lain yang berwenang.**
M Hilman Hudori
ParameterMedia
