Strategi Zero Meter Ungkap Keunggulan Para Pejuang Palestina di Gaza
PARAMETERMEDIA – Keistimewaan para pejuang Palestina selalu menjadi pembicaraan yang tidak ada habisnya, selalu terdengar kabar yang mengejutkan dalam pertempuran mereka.
CEO AMI Group, Ustadz Azzam Mujahid Izzulhaq di akun X yang dulu Twitter mengungkapkan keistimewaan dan keunggulan individu para pejuang Palestina, 12 November 2023.
Menurutnya bahwa para pejuang Palestina yang terdiri dari Brigade Izzuddin Al Qassam-nya Hamas, Brigade Saraya Al Quds- PIJ, dan Brigade Syahidin Fil Quds-Fatah yang memiliki skill individu tinggi menerapkan strategi yang akurat dalam pertempuran jarak dekat atau Zero Meter Strategy.
Mereka memanfaatkan dan menggunakan amunisi yang terbatas dengan sangat efektif, dan sangat jauh berbeda dengan tentara Zionis Israel yang menghambur-hamburkan amunisi senjata.
Para pejuang ini sangat memahami larangan Allah terkait pemubadziran, dimana sikap mubazir dianggap sebagai bentuk dosa. Terutama jika dikaitkan dengan keadaan Gaza yang di blokade Israel selama puluhan tahun.
Mengingat bantuan sosial kemanusiaan saja sangat sulit untuk masuk ke perbatasan Rafah dan Gaza, apalagi bantuan lainnya.
Palestina adalah negara yang tidak diperbolehkan memiliki angkatan bersenjata dan tidak bisa membeli alutsista (alat utama sistem senjata) secara legal dari manapun.
Sementara butiran peluru yang diperoleh merupakan amanah dari saudara Muslim lainnya, yang harus dipertanggungjawabkan. Hal ini membuat para pejuang Palestina ditempa dengan latihan yang sedemikian rupa untuk mencapai keakuratan, terarah dan terukur.
Dengan skill dan mental pejuang yang sangat istimewa, mereka tidak digaji sebagaimana militer konvensional, tetapi benar-benar mengabdikan diri kepada Allah dan ibu pertiwi Palestina.
Itulah salah satu alasan bagi Panglima Abu Ubaidah yang sering muncul di media menyampaikan banyak hasil rekaman video pencapaian target perang, hal itu tidak lain sebagai bukti pelaporan kepada mereka yang telah mewakafkan hartanya untuk menyediakan peralatan perang.
Selain menggambarkan pembelajaran yang cukup sulit untuk ditiru, ini hanya bisa di lakukan oleh orang yang berperang dengan tujuan dan bukan mencapai kemenangan semata, tetapi kemuliaan di akhir kehidupannya.*