HIROSIMA 2. “MATAHARI TERBIT” DI GUNUNG KEKENCENG
SISA-SISA bangunan tua itu teronggok di area persawahan, walau tergerus zaman, terkikis waktu, design arsitekturnya masih menyiratkan bahwa dulu ditempat itu ada cerita tentang sebuah peristiwa,
Kisah sejarah mengenai situs bangunan yang kondisinya centang perenang tersebut memang masih simpang siur, ada beberpa versi. Ada yang mengatakan dulunya adalah sebuah kota, namun ada pula yang menyatakan sebagai kompleks militer
Hirosima 2, begitulah hari ini orang orang menyebut sisa bangunan bersejarah itu
Kenapa dinamai Hirosima 2 ?, apakah ada hubungannya dengan Fat Man dan Little Boy ?, dua Bom Atom yang dijatuhkan di Nagasaki dan Hirosima, Jepang tahun 1945.
Kota atau Komplek Militer?
Pertanyaan ini menggelitik para pegiat sejarah untuk mengekplore lebih jauh mengenai kebenarannya.
Adalah Tim Reenactor Explore Kipahare (REK) Sukabumi yang mencoba melakukan rekontruksi sejarah atau Historical Reenactment tentang komplek hirosima 2 dengan meninjau keseluruhan lokasi Situs di kampung Pojok, Tegal Panjang, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi sekaligus mengidentifikasi kompleks tesebut berdasarkan fakta sejarahnya yang mereka miliki.
Salah satu Informasi mengenai Hiroshima 2 ini berasal dari keterangan Tedi Ginanjar, anggota Penyuluh Kehutanan Swadaya (PKSM) Jawa Barat yang juga Ketua Yayasan Cagar Budaya Kota Jepang Pojok Gunung Kekenceng. Dirinya mengatakan bahwa informasi mengenai Hiroshima 2 didapat dari wawancara dengan saksi hidup. Tedi juga mengaku telah melakukan penelusuran selama lebih dari empat tahun, dan menyimpulkan bahwa upaya pembangunan besar-besaran ini juga berkaitan dengan keinginan Jepang menjadikan Tegalpanjang sebagai ibukota Indonesia.
Tapi hasil penelusuran REK menunjukan, luasannya mungkin lebih cocok disebut kompleks industri atau pangkalan militer dibandingkan Ibu Kota
Kondisi geografis Kampung Pojok memang strategis dijadikan pangkalan militer untuk tentara Jepang, mengingat lokasinya dikelilingi perbukitan yang membentuk tapal kuda, diapit sebelah utara oleh Gunung Malang, dan Gunung Manglayang di selatan.
Masih menurut Ketua Yayasan Cagar Budaya Kota Jepang Pojok Gunung Kekenceng, di tempat seluas 10 hektar ini pihak Jepang kemudian membangun pabrik kaca, pabrik kain katun, pabrik beras (penggilingan), pabrik baja untuk membuat pesenjataan dan mesiu, serta bengkel. Menurutnya pula, untuk penunjang transportasinya dibangun rel kereta, akses jalan besar, bahkan hingga landasan untuk pesawat terbang
Mungkin Jepang ingin menduplikasi kota Hirosima yang merupakan sebuah kota industri yang cukup besar, luasnya saja mencapai 741,75 km persegi dan terdiri dari 8 distrik yang masing-masing menjadi pusat industri dari mulai tekstil, karet, trem, hingga industri berat dan militer yang mensuplai pasukannya di Asia Timur Raya.
Jika dibandingkan dengan situs ini maka agak sulit jika disebut sebagai kota, apalagi kelengkapan kota seperti lapangan terbang minimal memerlukan 800 meter untuk runway serta area fungsional lainnya.
Jadi, apa sebenarnya situs ini? Dari pantauan REK, terdapat beberapa bekas fondasi bangunan di tengah hamparan sawah, yang terlihat sebagian masih utuh adalah bekas kolam. Beberapa petani yang pernah mendengar dari orangtuanya dulu mengatakan bahwa di sana dibangun Pabrik Kina untuk obat para prajurit, gudang makanan dan hasil bumi, gudang amunisi, serta bengkel kendaraan perang. Kompleks ini juga sudah dilengkapi aliran listrik dan telepon.
Hasil penelusuran Litbang Kipahare menyimpulkan bahwa pembangunan kompleks ini cukup unik, mengingat Jepang sangat sedikit melakukan pembangunan di Indonesia akibat kondisi perang dan kekuasaannya yang hanya seumur jagung. Dalam situasi perang Asia Timur Raya, Jepang berfokus kepada upaya mendukung balatentaranya dalam usaha memenangkan perang. Praktis pembangunan yang dilakukan di Sukabumi hanyalah untuk keperluan perang, misalnya membuat sejumlah pos pertahanan di pesisir Selatan untuk mengantisipasi serangan sekutu Amerika, yaitu Australia. Jepang pun membuat dua bunker militer di Ciemas dan Palabuhanratu. Alhasil situs Hirosima 2 dapat disimpulkan adalah fasilitas pendukung kebutuhan militer jepang dimasa perang dunia ke dua.
Sungguh sangat menarik, merekontruksi ulang jejak sejarah Negeri “Matahari Terbit” di Gunung Kekenceng, yang pasti warisan sejarah ini patut dieksplore lebih jauh dan lebih komprehensif.
Perlu adanya upaya merekatkan kembali serpihan serpihan cerita tentang Hirosima 2 baik yang ada di lembaran buku sejarah atau yang masih tersisa dari cerita para Saksi Hidup, yang boleh jadi sudah tidak ada.
————‐–‘Dikutip langsung dari tulisan Kang Irman Firmansyah Ketua Yayasan Dapuran Kipahare
Terimakasih juga kepada narasumber lainnya baik langsung ataupun tidak langsung