Dampak Perang di Ukraina, Inggris Mulai Kehilangan Pangan Segar, Pembatasan Diberlakukan Pada Sayuran
PARAMETERMEDIA.COM – Inggris dikabarkan tengah mengalami kekurangan pasokan pangan, seperti sayuran dan buah-buahan segar, yang telah berlangsung selama dua minggu terakhir.
Supermarket telah memberlakukan pembatasan pembelian makanan segar, termasuk tomat, mentimun, dan paprika, brokoli, kembang kol, beri, dan selada.
Kondisi tersebut diperkirakan akan berlangsung selama beberapa bulan kedepan, dari gambar yang beredar di media sosial, rak-rak supermarket penuh Inggris terlihat kosong.
Menurut Serikat Petani dan para pedagang besar, Inggris menghadapi krisis pasokan sayuran dan buah-buahan segar sebagai akibat dari cuaca buruk di Eropa dan Afrika.
Namun berbeda dengan negara seperti Jerman dan Perancis, saat ini belum menghadapi krisis kekurangan pasokan serupa.
Sementara Belanda yang merupakan salah satu produsen sayuran terbesar di Eropa, terpengaruh oleh harga energi untuk memanaskan rumah kaca, serta tingginya harga pupuk, akibat perang ekonomi yang dilancarkan Barat terhadap Rusia menyusul pecahnya konflik Ukraina tahun lalu.
Untuk mengkompensasi penurunan produksi di Eropa Barat, pasokan terpaksa didatangkan dari Spanyol, Afrika Utara, Maroko, Tunisia dan Mesir tahun ini, yang saat ini juga terpengaruh oleh cuaca yang sangat dingin selama sebulan terakhir, yang juga merusak sebagian besar produksi tanaman pangannya.
Perang Ukraina, telah menyebabkan banyak konsekuensi yang ditanggung oleh Eropa hingga harus kehilangan pangan akibat jalan satu arah atau globalisasi.
Barat mengambil langkah pembagian kerja dan media di tingkat internasional yang ditata ulang berdasarkan globalisasi itu.
Negara-negara Barat yang tidak lagi mempertahankan industri yang membutuhkan tenaga kerja murah atau pertanian mahal, ketika bisa memperoleh barang dan hasil panen dengan biaya lebih rendah daripada negara-negara di selatan.
Inggris adalah salah satu negara pertama yang bertindak dengan ekonomi sesuai dengan persyaratan globalisasi, dimana negara itu menghilangkan bagian terpenting dari industri berat dan pertanian intensifnya demi mengandalkan ekonomi uang, investasi, dan jasa.
Proses globalisasi dipercepat dengan peningkatan organisasi operasi perdagangan internasional, hampir tidak ada pembatasan transfer modal, dengan dukungan kemajuan aplikasi teknologi, perkembangan transportasi laut, udara dan darat.
Dominasi dolar AS dan budaya konsumen Barat yang dipaksakan, telah digambarkan sebagai kekaisaran Roma versi abad 21.
Lalu terjadilah perang Ukraina Februari 2022, dimana konfrontasi telah melampaui batasnya, seluruh Barat terlibat dalam sebuah perang ekonomi habis-habisan melawan Rusia, yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Munculnya perdagangan global oleh Rusia dan China, dengan dukungan negara yang menolak keinginan Barat, telah muncul sebagai upaya untuk mengusir dolar AS dari pertukaran global, dan pembentukan sistem paralel untuk transfer keuangan dari sistem keuangan Swift Amerika.(Redaksi)
Sumber Alquds.uk
Ilustrasi : pixabay