Ratusan Jurnal Medis Dunia Bersama-sama Serukan Penghapusan Nuklir, Perang Nuklir Terbatas Bisa Langsung Membunuh 120 Juta Orang
PARAMETERMEDIA.COM – Bulletin of the Atomic Scientists menerbitkan sebuah artikel yang mengulas terkait ancaman dari teknologi baru, perubahan iklim, dan ancaman biologis serta operasi khusus di Ukraina.
Dalam artikelnya Dewan Sains dan Keamanan Buletin Ilmuwan Atom menyebutkan lebih dari 100 jurnal medis mengeluarkan pernyataan bersama yang menyerukan penghapusan segera senjata nuklir.
Jurnal medis utama yang biasanya bersaing ini diantaranya National Medical Journal, Lancet, JAMA, dan New England Journal of Medicine.
Pernyataan bersama yang ditujukan kepada negara-negara memiliki senjata nuklir ini secara garis besar adalah seruan “memusnahkan persenjataan nuklir mereka sebelum mereka melenyapkan kita.”
Seruan tersebut terjadi ditengah meningkatnya ketegangan antara Rusia, China dan Barat serta beberapa uji coba rudal oleh Korea Utara.
Mereka memperingatkan bahwa bahkan jika terjadi perang nuklir terbatas yang melibatkan hanya 250 dari 13.000 senjata nuklir di dunia, 120 juta orang akan tewas secara langsung, mengganggu iklim global, menyebabkan kelaparan yang mengancam dua miliar orang.
Sementara itu jika terjadi perang skala besar antara AS dan Rusia dapat membunuh 200 juta orang secara langsung, sementara setelah ledakan nuklir yang mempengaruhi iklim, bisa membunuh hingga 5-6 miliar orang.
Artikel itu juga berpendapat bahwa konfrontasi nuklir terbatas dapat bisa berubah cepat dan meningkat menjadi perang nuklir besar-besaran.
Mereka mendesak negara-negara bersenjata nuklir yang saat ini terlibat dalam konflik untuk berjanji secara terbuka dan tegas untuk tidak akan menggunakannya dalam konflik tersebut.
Negara-negara nuklir harus bekerja dengan tujuan yang pasti, mendukung negosiasi yang mendesak untuk memusnahkan senjata nuklir miliknya.
Pasalnya tahun lalu Perjanjian Nonproliferasi Nuklir PBB, yang dianggap sebagai landasan pelucutan senjata nuklir, gagal disahkan setelah anggota tetap PBB gagal mencapai kesepakatan.*