Pertempuran Mematikan di Perbatasan Thailand dan Kamboja Tak Terelakan

PARAMETERMEDIA.COM – Pertempuran mematikan terjadi antara negara bertetangga di Asia Tenggara, Thailand dan Kamboja, pada 24 Juli 2025.
Kedua negara saling menuduh dan menyalahkan atas pecahnya pertempuran di wilayah Oddar Meanchey dan Preah Vihear.
Thailand melancarkan serangan udara terhadap target militer Kamboja, setelah menuduh Kamboja meluncurkan roket Grad MLRS ke wilayah sipil dan rumah sakit.
🇰🇭 Starcia na granicy! Tajlandia i Kambodża w ogniu walk. Premier Hun Manet apeluje o spokój
— Monitor Życia (@IrishGod6) July 24, 2025
🔴 Na pograniczu Tajlandii i Kambodży – w regionach Oddar Meanchey i Preah Vihear – doszło dziś do gwałtownych starć zbrojnych. Kambodżańskie siły zbrojne twierdzą, że „odbijają ataki z… pic.twitter.com/lpuL5MAaI1
Roket Grad MLRS tercatat sebagai senjata non berpemandu presisi, roket ini bisa menimbulkan korban dan kerusakan tanpa pandang bulu di wilayah yang menjadi sasaran.
Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand mengklaim sedikitnya 13 warga sipil dan 1 personel militer tewas, serangan itu juga melukai 32 warga sipil dan 14 personel militernya.
❗️🇹🇭⚔️🇰🇭 – A Thai F-16 jet bombed a military target in Cambodia, escalating a border dispute that killed at least 12 people, including 11 Thai civilians and one soldier, according to Thailand's health minister.
— 🔥🗞The Informant (@theinformant_x) July 24, 2025
Cambodia reported two bombs dropped on a road, condemning… pic.twitter.com/czQ6YCzhDg
Kamboja yang mengaku membela diri, menuduh Thailand mengerahkan pesawat F-16 untuk membom situs warisan dunia UNESCO, Kuil Preah Vihear yang berusia 1.100 tahun (diberikan kepada Kamboja pada tahun 1962).
Aljazeera melaporkan perang disebabkan oleh kegagalan dan kebuntuan diplomatik antara kedua negara hingga menyebabkan bentrokan militer yang tak terelakkan.
Kronologi menyebutkan sejak awal tahun kedua negara ini dalam kondisi memanas, dimulai pada 13 Februari, saat sejumlah tentara Kamboja mengawal 25 warga sipilnya berkunjung ke Kuil Prasat Ta Moan Thon di Thailand dekat perbatasan, mereka dilaporkan menyanyikan lagu kebangsaan Kamboja.
Kemudian pejabat militer Thailand menyatakan bahwa mereka melarang para turis bernyanyi karena melanggar kesepakatan mengenai protokol pariwisata.
A new war is approaching: Heavy fighting broke out on the border between Thailand and Cambodia, — CNN.
— Jürgen Nauditt 🇩🇪🇺🇦 (@jurgen_nauditt) July 24, 2025
The Royal Cambodian Army shelled several Thai border towns with multiple rocket launchers.
In response, Thailand closed its border with Cambodia because of these attacks.… pic.twitter.com/HwJVxxfipp
Hingga pada 17 Februari, militer Thailand mengirimkan surat peringatan agar militer Kamboja tidak mengulangi perilaku yang tidak pantas tersebut.
Pada 28 Mei, terjadi bentrokan militer di Segitiga Zamrud yang menjadi wilayah sengketa, hingga menewaskan seorang tentara Kamboja.
Breaking from crypto posts!
— Sudo Feb | Azuki Elementals Fans (@sudofeb) July 24, 2025
Today, Thailand 🇹🇭 allegedly invaded Cambodia near the border with an F-16 airplane and dropped two bombs near Prasat Preah Vihear.
Source https://t.co/flTVYE14Y8
👉Phnom Penh Post News 📰 pic.twitter.com/HsFyAffNx3
Setelah insiden tersebut Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, pada 12 Juni mengumumkan bahwa Kamboja akan menghentikan ketergantungannya pada listrik dan infrastruktur internet dari Thailand karena adanya ancaman.
Stasiun-stasiun TV Kamboja juga menghentikan tayangan film-film Thailand, memblokir impor bahan bakar gas, buah-buahan dan sayuran dari Thailand.
Untuk memperbaiki hubungan pada 14 Juni, para pejabat kedua negara bertemu di Phnom Penh, Kamboja, untuk berunding, tetapi tidak mencapai kesepakatan nyata.
Untuk meredakan ketegangan PM Thailand Paetongtarn Shinawatra melakukan komunikasi telepon dengan mantan pemimpin Kamboja Hun Sen, pada 15 Juni.
Lalu pada 26 Juni, Thailand menghentikan penyediaan koneksi internet pita lebar dan seluler ke wilayah Kamboja.
Pada 1 Juli, diduga pembicaraan telpon PM Shinawatra dengan Hun Sen bocor ke publik, yang isinya bahwa Shinawatra mengkritik tindakan militer Thailand, hingga ia di skor.
Ketegangan memuncak terjadi setelah buntunya upaya diplomatik dan adanya insiden ranjau darat yang di pasang oleh Kamboja.
Thailand mengevakuasi 40.000 warga sipil dari desa-desa perbatasan, sementara Kamboja melaporkan telah mengevakuasi sekitar 5.000 orang dari daerah perbatasan provinsi Oddar Meanchey yang menjadi pusat bentrokan.
Perbatasan darat kedua negara ini membentang di sepanjang 817 kilometer, yang sebagian besar dipetakan secara sepihak oleh Perancis saat menduduki Kamboja, hingga berakhir pada tahun 1953.
Sengketa wilayah inilah yang menjadi sumber ketegangan politik dan menjadikannya sebagai kawasan yang rentan dengan bentrokan militer selama lebih dari satu abad.**
