Jelang Bulan Ramadhan, PBB Pangkas Jatah Makanan Pengungsi Rohingya, Terancam Kekurangan Gizi dan Rawan Pangan
PARAMETER MEDIA.COM – PBB melalui Program Pangan Dunia (FAO) berencana untuk memangkas bantuan makanan bagi pengungsi Rohingya di Bangladesh.
Para ahli Jumat memperingatkan keputusan PBB tersebut akan menjadi bencana bagi 1,2 juta Muslim Rohingya, yang sebagian besar lolos dari kekerasan mematikan militer Myanmar tahun 2017.
Bantuan internasional untuk Rohingya telah menurun sejak tahun 2020 meskipun ada permintaan mendesak.
Pengurangan nilai bantuan makanan akan diberlakukan Maret, dari $12 menjadi $10 per orang atau sebesar 17 persen.
Pemotongan bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, yang akan memperdalam kerawanan pangan dan malnutrisi anak di kamp-kamp Rohingya di Bangladesh.
Asif Munier, pakar migrasi dan mantan pejabat Organisasi Internasional untuk Migrasi, kepada Arab News mengatakan “Tanpa makanan bergizi, anak-anak akan kekurangan gizi dan berdampak pada pertumbuhan serta harapan hidup. Itu mungkin benar-benar turun selama periode waktu tertentu,” katanya.
Dua pelapor khusus PBB, Michael Fakhri dan Thomas Andrews, dalam laporannya ke Dewan Hak Asasi Manusia mengatakan malnutrisi kronis pada sepertiga anak-anak pengungsi menghambat pertumbuhan dan kekurangan berat badan.
Menurut laporan tersebut kerentanan pada anak-anak di bawah 5 tahun, gadis remaja, dan ibu hamil dan menyusui. Selamat dari serangan genosida oleh militer Myanmar, kini menjadi korban lebih lanjut oleh kegagalan komunitas internasional atas hak dasar.
Bangladesh tidak termasuk negara yang ikut menandatangani Konvensi Pengungsi PBB 1951, pengungsi tidak dapat bekerja secara legal untuk mencari nafkah, tidak bebas meninggalkan kamp dalam aktivitas bisnis apa pun dengan masyarakat setempat.
Bergantung pada bantuan, mereka akan putus asa dan pergi dari pengungsian, yang dapat mempengaruhi situasi keamanan.
Mohammed Nur Khan, aktivis HAM dan ahli migrasi Bangladesh mengatakan bahwa jika pasokan makanan tidak mencukupi, maka ia akan mencoba pindah ke tempat lain di Bangladesh, yang akan berdampak pada masyarakat Bangladesh.
Rohingya tidak mengenal sistem sosial Bangladesh, dan akan terjadi masalah hukum yang memburuk. (Redaksi)
Arab News.