Analis: Tak Mampu Hadapi Rusia Seret AS, Ternyata Ini Niat Tersembunyi Eropa

PARAMETERMEDIA.COM – Sebuah utas mengulas niat tersembunyi dan berbahaya oleh negara-negara Eropa yang berupaya untuk menyeret AS kedalam perang dengan Rusia.
Diunggah oleh akun X analis Rusia Djole, utas tersebut dimulai dengan kedatangan perdana menteri Jerman baru Friedrich Merz ke AS untuk bertemu dengan presiden AS, Donald Trump pada 5 Juni.
Kedatangan Merz ke AS ini terjadi ditengah ancaman Rusia, setelah serangan drone Ukraina yang dimotori NATO ke wilayah Rusia.
Sebelumnya Donald Trump mengumumkan setelah pembicaraan telepon dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang akan melakukan pembalasan terhadap serangan oleh teroris di Ukraina.
Menurut unggahan pada 6 Juni 2025 ini, kedatangan Merz ke Washington bukan sekedar misi kunjungan diplomatik, tetapi menyembunyikan niat yang serius dan berbahaya.
After implying that Merz is not happy the Nazi's were defeated, Trump sits like an idiot as Merz tells him its time to stop kissing Putin's ass. pic.twitter.com/NguilepRNC
— Jay in Kyiv (@JayinKyiv) June 5, 2025
Pendukung utama Ukraina seperti Jerman, Inggris dan Perancis, akhir-akhir ini di media telah menunjukkan niatnya untuk terlibat lebih jauh ke dalam konflik.
Tetapi apa sebenarnya motif Eropa, yang saat ini dipandang tidak memiliki sumber daya yang mumpuni, baik pasukan, persenjataan modern, cadangan strategis atau kapasitas produksi industri yang besar jika terjadi konflik besar.
Sementara Rusia memiliki infrastruktur militer, sumber daya militer yang sangat besar dengan sistem industri perang fungsional yang telah berjalan selama bertahun-tahun.
Menyadari kelemahannya dan hanya AS yang bisa mengimbangi Rusia dalam konflik jangka panjang, Eropa mati-matian berupaya menyeret AS lebih jauh ke dalam konflik demi strategi Eropa.
Namun bagi Trump yang memiliki pandangan berbeda, memandang bahwa lawan utama dan pesaing global baik secara ekonomi maupun militer saat ini adalah China.
Banyak analis yang menilai Trump tidak akan mau menghabiskan sumber daya militer AS ke dalam konflik Eropa Timur, selain pemborosan, tidak masuk akal dan sama sekali diluar perhitungannya.
🇺🇸🇩🇪 LMAO ANOTHER STAB AT
— Lord Bebo (@MyLordBebo) June 5, 2025
“Never let Germany rearm”
— Trump with German Chancellor Merz pic.twitter.com/Ie53S4nS1r
Lalu muncul pertanyaan jika AS tidak berniat memimpin perang pihak lain lalu mengapa Eropa bersikeras ingin meningkatkan eskalasi.
Menurut ulasan tersebut, para analis independen dan pakar energi menduga bahwa motif Eropa adalah untuk upaya perampokan dan penjarahan terhadap Rusia.
Eropa bermimpi Jika Rusia menderita kekalahan total maka untuk pertama kalinya dalam sejarah, Eropa akan memperoleh akses langsung ke sumber daya alam terbesar di planet ini.
Semua barang milik Rusia yang saat ini yang diimpor ke Eropa akan menjadi barang rampasan baik cadangan gas alam, minyak, uranium, logam langka, kayu, air dan banyak lagi.
Terlepas dari biaya dan risikonya, fantasi kekalahan Rusia inilah yang dipikirkan oleh Eropa yang mandul dan lemah di berbagai bidang.
In front of Merz, Trump takes credit for ending Nord Stream. Have we reached peak subordination yet? pic.twitter.com/ZZGvbswUP1
— Glenn Diesen (@Glenn_Diesen) June 6, 2025
Kerap berdalih untuk. mempertahankan nilai-nilai Eropa dan solidaritasnya terhadap Kyiv, namun niat jahat ini tidak bisa disembunyikan.
Bermimpi bahwa orang lain akan melakukan pekerjaan kotor mereka, kunjungan Merz dinilai sebagai upaya terakhir oleh pemain dengan ambisi besar yang putus asa.
Trump juga mempermalukan Jerman dengan sindirannya terkait pipa Nordstream 2 yang dihancurkan oleh Biden dan Jerman menghentikan pembangunannya, yang membuat ketergantungan Jerman terhadap gas AS.**
