Kemampuan Yaman dan Kegagalan AS di Laut Merah, Dominasi Berita Utama Internasional
PARAMETERMEDIA.COM – Meningkatnya kemampuan pasukan Yaman menjadi pembahasan utama dan mendominasi berita di media AS dan internasional.
Para pakar militer AS menyebut kemunduran besar dan kegagalan militer AS di Laut Merah terutama setelah hilangnya jet tempur F/A-18 dari USS Harry S. Truman.
Pensiunan Kolonel Angkatan Darat AS Douglas Macgregor dalam sebuah wawancara dengan Judge Napolitano mengatakan perlunya melihat dengan cermat apa yang terjadi di Laut Merah.
“Kita telah kehilangan F/A-18 karena USS Truman harus melakukan manuver tajam untuk menghindari rudal yang ditembakkan oleh Houthi. Ini seharusnya membuat kita berhenti sejenak,” tambahnya.
Macgregor mengakui bahwa pasukan Yaman saat ini memiliki kemampuan untuk memprovokasi insiden semacam itu.
A renewed human flood in the million-man march titled “In Support of Gaza… By God's Power We Defeated America and We Will Defeat Israel” at Al-Sabeen Square in the capital, Sana'a.
— Yemen Military 🇾🇪 (@Yemenimilitary) May 9, 2025
pic.twitter.com/alLLMd0qCq
Menurutnya penargetan presisi terhadap kapal induk USS Truman dan armada penyerangnya sangat menyulitkan AS.
“Amerika Serikat menghadapi kesulitan yang signifikan melawan Angkatan Bersenjata Yaman,” katanya.
Ia juga mengejek klaim bahwa AS mampu menetralkan kemampuan militer Yaman, adalah klaim yang sama sekali tidak berdasar.
Macgregor mengingatkan sejarah Vietnam dimana seringkali AS mengklaim kemenangan melawan pasukan Viet Cong dan Vietnam Utara.
” Hanya untuk menyadari, berkali-kali, bahwa musuh jauh lebih tangguh dari yang kami kira,” ungkapnya.
“Membuat klaim yang berani seperti itu sekarang adalah kesalahan,” pungkasnya.
🇺🇸🔥 US General admits Yemen’s power:
— SilencedSirs◼️ (@SilentlySirs) April 15, 2025
“Yemen is draining America’s arsenal with drones that cost less than $10,000 each — while we shoot them down with missiles worth millions.”
Yemen is fighting the US with strategy, not money — and the result? Public military humiliation! pic.twitter.com/IH9H3EoJIK
Dalam pernyataannnya Komandan ke-13 Komando Operasi Khusus AS (USSOCOM), Jenderal Bryan Patrick Fenton mengatakan bahwa Yaman telah menguras persenjataan Amerika dengan pesawat tanpa awak yang harganya masing-masing kurang dari 10 ribu dolar, sementara AS menembak jatuh drone Yaman dengan rudal yang bernilai jutaaan dolar.
Keadaan dan realitas medan perang Yaman telah memaksa para pejabat AS untuk menyelamatkan sedikit kredibilitas yang tersisa.
Sementara itu pensiunan Mayor Angkatan Darat AS Danny Davis yang juga mengomentari operasi Yaman menyatakan Yaman melakukan serangan nyata terhadap kapal induk dengan konsekuensi yang parah dan AS kehilangan jet tempur.
Ia mencatat sejak operasi Biden dimulai pada November 2023 untuk membuka kembali Laut Merah, sebanyak 15 drone serang telah ditembak jatuh.
“Sejak 15 Maret 2025, tujuh drone tempur lagi telah ditembak jatuh,” kata Davis.
Davis mengakui jika Yaman telah menjadi jauh lebih efektif dalam menjatuhkan pesawat dan menimbulkan kerugian besar.
Ia juga mengakui operasi AS di Yaman telah membunuh warga sipil tanpa mencapai tujuan strategis.
” 800 serangan yang diluncurkan hanya membunuh warga sipil, tetapi Yaman memiliki hampir satu dekade pengalaman mengatasi serangan semacam itu. Kita harus mempertimbangkan kembali apakah akan melanjutkan perang ini dan saya berpendapat tidak,” katanya.
Sementara beberapa media AS melaporkan pernyataan dari perwira AS yang mendesak pemerintahan Trump untuk menilai kembali agresinya terhadap Yaman.
Para ahli, analis, dan bahkan pejabat di Departemen Pertahanan AS memperingatkan konsekuensi dari memperpanjang perang di Yaman, dengan alasan bahwa Washington mengorbankan reputasinya untuk kepentingan Zionis.
Keterlibatan militer AS meningkat pada pertengahan Maret, pasukan Yaman menambahkan AS ke daftar target dengan menyerang kapal induk, kapal perang, dan mengganggu navigasi Amerika.
Inilah yang membuat Donald Trump mengumumkan penghentian agresi AS dengan imbalan penangguhan operasi Yaman di Laut Merah yang membuat Israel terekspos dan tanpa perlindungan.**














