Rusia Siapkan Rudal Antarbenua RS-26 atau Iskander, Analis: Bisa Kampanye Disinformasi dan Psyop
PARAMETERMEDIA.COM – Rusia dilkabarkan sedang persiapan untuk meluncurkan rudal antarbenua (ICBM) RS-26 Rubezh, yang di tempatkan di wilayah pangkalan udara Kapustin (Astrakhan).
Berbagai saluran Telegram dan X menyebarkan informasi tentang kemungkinan serangan rudal balistik antarbenua terhadap Ukraina.
Informasi tersebut menjadi topik utama dan menjadi sorotan dan bahan perbincangan di media sosial.
Kabar yang memicu kekhawatiran Barat ini, muncul setelah Ukraina menembakkan ATACMS buatan AS pada hari Selasa dan rudal Storm Shadow buatan Inggris pada hari Rabu.
Mampu membawa hulu ledak nuklir hingga 1,2 ton, RS-26 ini memiliki jangkauan hingga 6.000 kilometer, berat mencapai 40–50 ton, dengan kecepatan yang mencapai lebih dari 5 match.
Para pakar dan analis menduga bahwa persiapan yang dilaporkan tersebut mungkin merupakan kampanye disinformasi yang ditujukan untuk mengintimidasi Ukraina dan pendukungnya AS dan negara-negara Barat.
Intelijen Pertahanan Ukraina juga melaporkan bahwa Rusia telah meluncurkan Psychological Operations (PSYOP) yang memengaruhi pemikiran dan emosi populasi sasaran di Ukraina, dengan ancaman serangan yang sangat besar.
Mengutip Eu Today dengan kecepatan yang seperti ini, RS-26 akan sangat sulit dicegat dengan sistem pertahanan rudal yang menjadi andalan AS dan sekutunya seperti Patriot atau NASAMS.
Rudal balistik ini mampu melewati sistem pertahanan rudal canggih, yang menurut informasi telah ditangguhkan programnya, dan dialihkan untuk proyek lain seperti kendaraan luncur hipersonik Avangard.
Sementara Global Espreso mengabarkan bahwa Kremlin lebih memilih untuk menggunakan rudal jarak menengah yang berbeda, Iskander, yang tiga kali lebih kecil dibandingkan RS-26.
Rudal jelajah ini mampu terbang hingga mencapai jarak 1.500 kilometer, ditempatkan di wilayah Leningrad, yang berarti bisa mengancam separuh kawasan Eropa.
Untuk melawan rudal jarak menengah, memerlukan sistem pertahanan seperti THAAD, yang baru-baru ini digunakan AS untuk melindungi Israel.
Selain itu, ada dua jenis peluncur berbasis darat di Angkatan Bersenjata AS yang mampu mengerahkan rudal antipesawat SM-6 dari angkatan laut. Namun akan memakan biaya yang sangat mahal, karena dirancang untuk mencegat rudal balistik sejenis ini.
Penutupan beberapa kedutaan besar di Kyiv menunjukkan bahwa pemerintah Barat menanggapi ancaman tersebut dengan serius.
Namun baik pengerahan RS-26 ataupun Iskander akan merubah strategi militer dan diplomatik, Mau tidak mau hal ini akan memaksa AS dan sekutunya untuk melakukan peninjauan kembali sistem pertahanan udara yang lebih canggih dan pembangunan infrastruktur pertahanan Ukraina yang lebih besar.*