Video Presiden Rusia Ancam Ukraina dan NATO, Setelah Serangan Terhadap Fasilitas Nuklir dan Warga Sipil

PARAMETERMEDIA.COM – Ditengah meningkatnya kemungkinan perang besar antara Iran dan Israel yang didukung AS dan sekutunya, pasca tewasnya pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Iran, Rusia telah meningkatkan dukungannya terhadap negara-negara atau kelompok perlawanan yang dianggap bermusuhan dengan Barat.
Kabar pengiriman senjata ke Iran dan kelompok Hizbullah yang baru saja menyerang Israel dengan menggunakan roket dari era soviet juga marak di media sosial.
Selain itu dalam publikasi RT dan BRICS news, 12 Agustus 2024, Presiden Rusia Vladimir Putin dihadapan para pejabat tinggi Rusia mengatakan tidak akan ada lagi perundingan damai dengan Ukraina.
“Apa yang perlu dibicarakan dengan mereka yang menyerang warga sipil dan fasilitas nuklir?” kata Putin.
Ia mengancam Ukraina dan NATO dengan menyatakan bahwa respons keras terhadap serangan terhadap wilayah Rusia akan dilakukan segera.
JUST IN: π·πΊ πΊπ¦ Russian President Putin says there will be no more peace talks with Ukraine.
— BRICS News (@BRICSinfo) August 12, 2024
"What is there to even talk about with those who attack civilians and nuclear facilities?" pic.twitter.com/uugF3zQO9b
Putin menuduh serangan dan upaya Ukraina yang tidak pandang bulu yang menargetkan fasilitas tenaga nuklir dan menggunakan senjata kimia saat menyerang kota Kursk di wilayah Rusia.
Ukraina terus melancarkan serangan terhadap penduduk sipil dan mengancam pembangkit listrik tenaga nuklir dengan serangan pesawat tak berawak terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporozhye Rusia, yang merusak salah satu menara pendinginnya.
JUST IN: πΊπ¦ Ukrainian's Zaporizhzhia nuclear reactor is on fire. pic.twitter.com/x9F2UlM8Hv
— BRICS News (@BRICSinfo) August 11, 2024
Dengan pernyataan Putin tersebut maka Ukraina telah kehilangan kesempatan untuk proses perundingan damai.
Para pakar militer menilai bahwa cepat atau lambat NATO akan meninggalkan Ukraina berjuang sendirian.
